Menghancurkan dongeng yang telah dibuat itu adalah hal yang
paling aku benci sejak dulu. Jujur saja aku adalah perempuan dalam negeri
dongeng selalu berharap akan ada pangeran datang menjemputku dengan kuda
putihnya. Tentu saja semua perempuan berharap layaknya puteri raja hingga
mereka lupa pangeran hanya ada di negeri dongeng bukan dunia penuh realita
seperti ini. Aku memang penuh mimpi dan selalu bermimpi tentang kebahagiaan.
Meskipun kisah yang selalu di bangun tak seindah pengharapan tetap saja aku akan
bermimpi memiliki kisah yang patut untuk aku banggakan kelak. Biar sajalah kala
itu dan kini penuh derita, biarkan saja asalkan kamu yang nanti menemaniku
adalah benar-benar pilihan yang disediakan Tuhan tepat. Jujur saja, aku lelah
saat ini. Mengapa dongeng yang aku buat tak seindah gambaranku.
Tuan, mengapa perempuan ditakdirkan untuk menghancurkan
dongeng perempuan lain demi dongengnya?
“mengapa lelaki tak bisa mencinta satu perempuan saja?” Aku
bertanya pada salah satu teman priaku, teman yang sudah lama menemaniku.
“Tidak semua laki-laki seperti itu, Rin.” Katanya sambil
membenarkan buku yang sedang ia baca.
“Tetapi kebanyakan begitu, kamu tahu kan mbak Dita yang
sudah bertahun tahun lamanya bersama saja harus merasakan sakitnya poligami!
Ah, aku benci laki-laki seperti itu.” Kali ini aku mengajukan protes melalui
lelaki di depanku ini.
“Itulah takdir Tuhan, Rin. Kamu tahu janji Tuhan tidak
pernah salah apalagi ingkar. Mungkin itu jalan yang sudah harus di lalui mbak
Dita. Kamu tahu sebelum menikah dengan mas Aryan, dia lebih dulu di jodohkan
dengan mas Ajar. Tetapi mbak Dita lebih memilih mas Aryan kan? Padahal kamu tau
sendiri mas Ajar itu seperti apa. Nah itulah pilihan hidup.”
“Heh, tetap saja aku tidak pernah mau untuk jadi perempuan
pertama. Apalagi sampai harus menjadi perempuan kedua!.”
“Terus?.” Tanyanya lagi.
“Aku ingin menjadi perempuan utama, seperti dicintainya
Fatimah oleh Ali dan dicintainya Khadijah oleh Rasulullah. Kenapa lelaki itu
harus mencari yang kedua, kalau tidak suka ya lepas saja yang pertama jangan
menyakiti hatinya.”
“Dasar keras kepala, lelaki itu juga punya hati Rin. Kamu
kira mudah memilih? Mencari tujuan? kamu akan menemukannya Rin. Jadilah tujuan
seseorang jangan pernah mau menjadi pilihannya sebab kamu bukan sebuah pilihan.”
“Hei! Kami kaum perempuan juga mencari tujuan. Mencari
kebenaran bukan kepalsuan. Doakan saja, aku menemukan pangeranku saja tanpa
harus mengambil pangeran perempuan lain. aku akan membuat cerita dongengku
tanpa merusak dongeng orang lain. “
Tentu, Aku paling tak suka melihat perempuan seperti itu,
ingin rasanya memaki hingga ia merasa tak harus ada. Berkali-kali aku
menguatkan perempuan-perempuan cantik yang dongengnya telah di rampas paksa di
hancurkan oleh tangan perempuan nakal seperti itu. Aku selalu menjadi tempat
sampah bagi para perempuan yang menjadi korban. Tetapi, bagiku tak seharusnya
ada dongeng yang di hancurkan bila perempuan lain mengerti bahwa tulang rusuk
tak akan tertukar, tak bisa di pindahkan sesuka hati, andai saja perempuan disana
mengerti bahwa cinta itu hanya tentang sepasang manusia dan hati bukan tiga
hati, empat hati atau lebih. Andai saja semua perempuan memahaminya dengan
pasti tak akan ada dongeng indah di rampas.
Itulah aku sejak dulu seperti itu, sebelum aku menjadi bagian
darinya. Bagian dari dongeng yang sengaja aku rampas atau aku tak sengaja
berani masuk ke dalam dongeng perempuan lain. Aku hanya ingin bahagia, tidak
lebih dari itu. Aku hanya ingin bisa untuk merasakan mencintai seseorang yang
benar-benar aku doakan dalam sujud. Aku tidak ingin bahagia dalam air mata
kaumku, tapi bagaimana bila hatiku yakin bahwa masa depan baru pantas untuknya.
Tuhan, maafkan perempuan ini bila telah melakukan kesalahan.
Apakah aku termasuk perempuan itu? Tentu saja aku tidak
tapi mengapa semua begitu mengusik. Andai saja mencintaimu diam bisa begitu
aman dari semua, boleh ku simpan bingkisan itu pada tempatnya.
Sedikit menoleh ke belakang aku pernah berada dalam puncak
pengharapan paling tinggi. Diberi kesempatan untuk menikmatinya hingga titik
akhir. Ikhlas. Semua mata yang tadinya berisi sebuah harapan dalam doa kini
berubah menjadi kata iba.
Aku tak pernah berlama lama sanggup menggunakan topeng
berasal dari baja yang disediakan. Tetapi aku pernah menggunakannya dan
berhasil.
Aku yang akhirnya tahu bagaimana rasanya menjadi perempuan
kedua tanpa sengaja.
"Dan kali ini Perempuan itu, adalah aku?" hatiku bertanya.
Tulisan pertama untuk #30DWC (Hari Pertama)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar