Minggu, 14 Februari 2016

Perempuan Itu, Adalah Aku?

Menghancurkan dongeng yang telah dibuat itu adalah hal yang paling aku benci sejak dulu. Jujur saja aku adalah perempuan dalam negeri dongeng selalu berharap akan ada pangeran datang menjemputku dengan kuda putihnya. Tentu saja semua perempuan berharap layaknya puteri raja hingga mereka lupa pangeran hanya ada di negeri dongeng bukan dunia penuh realita seperti ini. Aku memang penuh mimpi dan selalu bermimpi tentang kebahagiaan. Meskipun kisah yang selalu di bangun tak seindah pengharapan tetap saja aku akan bermimpi memiliki kisah yang patut untuk aku banggakan kelak. Biar sajalah kala itu dan kini penuh derita, biarkan saja asalkan kamu yang nanti menemaniku adalah benar-benar pilihan yang disediakan Tuhan tepat. Jujur saja, aku lelah saat ini. Mengapa dongeng yang aku buat tak seindah gambaranku.
Tuan, mengapa perempuan ditakdirkan untuk menghancurkan dongeng perempuan lain demi dongengnya?

“mengapa lelaki tak bisa mencinta satu perempuan saja?” Aku bertanya pada salah satu teman priaku, teman yang sudah lama menemaniku.

“Tidak semua laki-laki seperti itu, Rin.” Katanya sambil membenarkan buku yang sedang ia baca.

“Tetapi kebanyakan begitu, kamu tahu kan mbak Dita yang sudah bertahun tahun lamanya bersama saja harus merasakan sakitnya poligami! Ah, aku benci laki-laki seperti itu.” Kali ini aku mengajukan protes melalui lelaki di depanku ini.

“Itulah takdir Tuhan, Rin. Kamu tahu janji Tuhan tidak pernah salah apalagi ingkar. Mungkin itu jalan yang sudah harus di lalui mbak Dita. Kamu tahu sebelum menikah dengan mas Aryan, dia lebih dulu di jodohkan dengan mas Ajar. Tetapi mbak Dita lebih memilih mas Aryan kan? Padahal kamu tau sendiri mas Ajar itu seperti apa. Nah itulah pilihan hidup.”

“Heh, tetap saja aku tidak pernah mau untuk jadi perempuan pertama. Apalagi sampai harus menjadi perempuan kedua!.”

“Terus?.” Tanyanya lagi.

“Aku ingin menjadi perempuan utama, seperti dicintainya Fatimah oleh Ali dan dicintainya Khadijah oleh Rasulullah. Kenapa lelaki itu harus mencari yang kedua, kalau tidak suka ya lepas saja yang pertama jangan menyakiti hatinya.”

“Dasar keras kepala, lelaki itu juga punya hati Rin. Kamu kira mudah memilih? Mencari tujuan? kamu akan menemukannya Rin. Jadilah tujuan seseorang jangan pernah mau menjadi pilihannya sebab kamu bukan sebuah pilihan.”

“Hei! Kami kaum perempuan juga mencari tujuan. Mencari kebenaran bukan kepalsuan. Doakan saja, aku menemukan pangeranku saja tanpa harus mengambil pangeran perempuan lain. aku akan membuat cerita dongengku tanpa merusak dongeng orang lain. “

Tentu, Aku paling tak suka melihat perempuan seperti itu, ingin rasanya memaki hingga ia merasa tak harus ada. Berkali-kali aku menguatkan perempuan-perempuan cantik yang dongengnya telah di rampas paksa di hancurkan oleh tangan perempuan nakal seperti itu. Aku selalu menjadi tempat sampah bagi para perempuan yang menjadi korban. Tetapi, bagiku tak seharusnya ada dongeng yang di hancurkan bila perempuan lain mengerti bahwa tulang rusuk tak akan tertukar, tak bisa di pindahkan sesuka hati, andai saja perempuan disana mengerti bahwa cinta itu hanya tentang sepasang manusia dan hati bukan tiga hati, empat hati atau lebih. Andai saja semua perempuan memahaminya dengan pasti tak akan ada dongeng indah di rampas.
Itulah aku sejak dulu seperti itu, sebelum aku menjadi bagian darinya. Bagian dari dongeng yang sengaja aku rampas atau aku tak sengaja berani masuk ke dalam dongeng perempuan lain. Aku hanya ingin bahagia, tidak lebih dari itu. Aku hanya ingin bisa untuk merasakan mencintai seseorang yang benar-benar aku doakan dalam sujud. Aku tidak ingin bahagia dalam air mata kaumku, tapi bagaimana bila hatiku yakin bahwa masa depan baru pantas untuknya. Tuhan, maafkan perempuan ini bila telah melakukan kesalahan.

Apakah aku termasuk perempuan itu? Tentu saja aku tidak tapi mengapa semua begitu mengusik. Andai saja mencintaimu diam bisa begitu aman dari semua, boleh ku simpan bingkisan itu pada tempatnya.
Sedikit menoleh ke belakang aku pernah berada dalam puncak pengharapan paling tinggi. Diberi kesempatan untuk menikmatinya hingga titik akhir. Ikhlas. Semua mata yang tadinya berisi sebuah harapan dalam doa kini berubah menjadi kata iba.
Aku tak pernah berlama lama sanggup menggunakan topeng berasal dari baja yang disediakan. Tetapi aku pernah menggunakannya dan berhasil.
Aku yang akhirnya tahu bagaimana rasanya menjadi perempuan kedua tanpa sengaja.

"Dan kali ini Perempuan itu, adalah aku?" hatiku bertanya. 




Tulisan pertama untuk #30DWC (Hari Pertama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar